Adwitiya Tikta Pramasti-102022400179
Jika kamu merupakan pengguna setia komputer, tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah software. Jelas saja, sebab arti software adalah perangkat lunak komputer yang dibutuhkan oleh banyak aktivitas yang berhubungan dengan teknologi. Perangkat lunak atau software adalah bagian dari komputer yang terdiri dari beberapa perintah dimana pengoperasiannya dilakukan melalui mesin komputer. Dengan kata lain, software adalah perangkat yang tidak punya wujud fisik. Penjelasan lebih lanjut, pengertian software adalah perangkat lunak berisi data yang di program atau disimpan dengan fungsi-fungsi tertentu.
Dalam pembuatannya, software adalah perangkat yang dikembangkan oleh pengembang (developer) atau pemrogram (programmer) menggunakan bahasa pemrograman tertentu dan dapat dikombinasikan dengan kode yang dapat dikenali perangkat keras, dimana dalam hal ini ialah PC atau komputer. Perangkat lunak dirancang untuk memfasilitasi pekerjaan manusia. Contohnya seperti menghitung, membuat dokumen, mengedit gambar, dan sebagainya. Salah satu software yang sering digunakan orang-orang adalah Microsoft PowerPoint.
Microsoft PowerPoint adalah program aplikasi Microsoft Office yang berfungsi sebagai media presentasi multi-slide. Aplikasi ini sangat populer dan digunakan di berbagai bidang seperti pelajar, perkantoran, bisnis, pendidik dan trainer. Kehadiran PowerPoint memudahkan dalam menjalankan presentasi dengan cara mengubah dukungan fitur yang sangat menarik dan canggih. Fitur template/desain juga membuat presentasi menjadi enak untuk di pandang.
Namun belakangan ini dikarenakan adanya beberapa aplikasi lain yang mempermudah orang-orang dalam membuat slide presentasi seperti canva, google slide, keynote dan berbagain jenis AI, hal ini justru malah membuat beberapa orang yang baru mulai belajar presentasi menganggap bahwa PowerPoint itu menyusahkan dan tidak berguna. Meskipun alat bantu seperti PowerPoint telah lama digunakan untuk presentasi, kemunculan teknologi kecerdasan buatan (AI) sangat mengubah cara presentasi dibuat dan disampaikan.
Alat bantu presentasi yang mendukung AI menyederhanakan proses desain dengan menawarkan saran otomatis untuk tata letak, pengaturan konten, dan bahkan estetika, sehingga meringankan beban manual pengguna. Pergeseran ini tidak hanya meningkatkan efisiensi tetapi juga mendemokratisasi akses ke desain berkualitas tinggi, memungkinkan individu tanpa pelatihan formal untuk membuat presentasi yang menarik secara visual. Selain itu, orang-orang sering kali menaruh kepercayaan yang cukup besar pada alat bantu keputusan otomatis terlepas dari kepastian dan keakuratan jawaban, terdapat kesamaan dalam cara penyaji semakin mengandalkan sistem AI untuk memandu keputusan ((Balzer dkk.)). Namun, tetap penting untuk menyeimbangkan penggunaan AI dengan pemikiran kritis dan kreativitas dalam komunikasi, agar kekayaan wawasan manusia tidak tertutupi oleh keluaran algoritmik
Di antara berbagai fitur yang ditawarkan PowerPoint, kemampuannya untuk memasukkan elemen interaktif yang membantu meningkatkan keterlibatan dan efektivitas pengguna. Misalnya, penggunaan kemampuan multimedia, seperti video dan animasi, memungkinkan presenter untuk membuat konten dinamis yang memikat penonton, mendorong hubungan emosional yang lebih dalam dengan materi. Fitur-fitur ini tidak hanya memfasilitasi pemahaman tetapi juga mendorong partisipasi, selaras dengan penelitian yang menekankan pentingnya lingkungan pembelajaran interaktif (Bhatt et al.). Pada akhirnya, aspek-aspek unik PowerPoint ini menggarisbawahi kegunaannya yang bertahan lama sebagai alat bantu untuk pengajaran dan pembelajaran yang efektif, bahkan di era yang semakin didominasi oleh teknologi AI.
Pergeseran dari alat presentasi seperti PowerPoint ke teknologi AI yang lebih canggih menimbulkan pertanyaan penting tentang keampuhan alat ini dalam pendidikan modern dan lingkungan profesional. Meskipun AI menawarkan banyak keuntungan, seperti pengalaman belajar yang mudah dan pemrosesan informasi yang efisien, sangat penting untuk tidak mengabaikan keterampilan dasar yang dikembangkan oleh alat-alat presentasi lainnya. Misalnya, mata kuliah yang menggabungkan pembelajaran berbasis proyek dan kerja sama tim-seperti mata kuliah teknik biasanya menyoroti pentingnya kolaborasi dan pemikiran kritis dalam pemecahan masalah, keterampilan penting yang sering kali dikembangkan melalui penggunaan platform seperti PowerPoint (Taheri et al.). Oleh karena itu, meskipun AI dapat meningkatkan luasnya pembelajaran, namun PowerPoint tetap memiliki kegunaannya sebagai alat penting untuk menumbuhkan keterampilan komunikasi dan presentasi yang penting.
Kemudian ada juga beberapa aplikasi lain yang lebih sering digunakan belakangan ini dibandingkan powerpoint, contoh yang paling umum adalah canva. Semakin banyak orang yang beralih menggunakan Canva untuk presentasi, meskipun PowerPoint tetap menjadi alat yang berguna. Ada beberapa alasan yang menjelaskan perubahan ini, yang pertama adalah kemudahan penggunaannya yang sederhana sehingga pengguna baru lebih mudah menguasainya. Dibandingkan PowerPoint yang memiliki lebih banyak fitur dan opsi, Canva menawarkan solusi yang lebih cepat bagi mereka yang mencari desain menarik tanpa perlu banyak pengetahuan teknis.
Selain itu Canva menyediakan berbagai template desain yang menarik dan sesuai dengan selera para pelajar masa kini, sehingga pengguna bisa membuat presentasi yang terlihat profesonal dengan sedikit usaha. Ini menarik bagi orang yang ingin menghemat waktu dalam mendesain slide. Lalu karena berbasis web, Canva memungkinkan pengguna bekerja di berbagai perangkat dan berkolaborasi dengan orang-orang lain tanpa perlu bertatap wajah, sebuah fitur yang bisa sedikit lebih rumit untuk diakses melalui PowerPoint kecuali menggunakan versi online.
Namun, persepsi bahwa PowerPoint sulit digunakan mungkin tidak sepenuhnya adil. Banyak orang yang menganggapnya sulit karena belum mencoba secara mendalam atau merasa terbebani dengan banyaknya fitur yang ditawarkan seperti Edward Tufte yang berkata bahwa PowerPoint itu memilik bawaan cacat. Padahal, dengan latihan, PowerPoint bisa memberikan hasil yang sama atau bahkan lebih baik dalam beberapa aspek, terutama karena kemampuan untuk lebih kustomisasi secara detail, dukungan animasi yang lebih luas, dan pengolahan data yang lebih kuat (misalnya grafik dan tabel yang kompleks).
Dalam ceramahnya tentang Gaya Kognitif PowerPoint (2003), Tufte menyesalkan kurangnya informasi dan grafik yang padat data dalam serangkaian studi kasus, Tufte telah membangun sebagian reputasinya dengan mencela PowerPoint dan menyatakan bahwa PowerPoint bukan sekadar alat yang dapat digunakan dengan baik atau buruk, tetapi PowerPoint sendiri bertanggung jawab atas slide yang buruk. Namun, PowerPoint hanyalah alat, dan seperti alat lainnya, PowerPoint dapat digunakan dengan baik atau buruk. Bahkan penulis studi Harvard merasa perlu untuk mencatat bahwa dengan menggunakan kata “PowerPoint”, mereka merujuk pada produk Microsoft, bukan alat serupa lainnya seperti Keynote: “Ketika kami mengatakan presentasi PowerPoint, yang kami maksud adalah presentasi yang dibuat menggunakan Microsoft PowerPoint, bukan perangkat lunak lain seperti Keynote milik Apple.”
Lalu dalam kanon “Saya benci PowerPoint,” tidak mengherankan membaca artikel Inc.com baru-baru ini oleh Geoffrey James yang berjudul, “Sudah Resmi: PowerPoint Adalah Alat Produktivitas Terburuk di Semua Ciptaan .” Dalam postingannya, James mengandalkan serangkaian artikel akademis untuk mendukung argumennya bahwa penggunaan PowerPoint menghambat pembelajaran. Sayangnya, tampaknya ia gagal membaca satu pun makalah penelitian dan karena itu salah besar.
Tentu saja, PowerPoint tidak lepas dari kekurangan dan fitur bawaan yang buruk, meskipun sekarang fitur bawaannya semakin membaik. Dengan mencoba PowerPoint lebih jauh, pengguna bisa menemukan bahwa ia bukan hanya alat presentasi standar, tetapi juga platform yang sangat fleksibel bagi mereka yang ingin kontrol penuh atas desain dan konten presentasi mereka. PowerPoint sebenarnya tidak selalu menyulitkan pengguna, melainkan persepsi tentang kesulitannya seringkali muncul karena kurangnya pemahaman dan eksplorasi terhadap fitur-fitur yang dimilikinya. Pada akhirnya, hasil terbaik dalam membuat presentasi tergantung pada sejauh mana seseorang siap untuk belajar dan beradaptasi dengan alat yang dipilih.
REFERENSI:
Tufte, Edward R. 2003. Gaya Kognitif PowerPoint. Graphics Press. Connecticut.
https://www.linkedin.com/pulse/canva-vs-powerpoint-which-better-style-factory-oavfe
https://it.telkomuniversity.ac.id/microsoft-power-point-sejarah-fungsi-kelebihan-dan-kekurangan
Balzer, Felix, Feufel, Markus A., Kopka, Marvin, Rieger, Tobias, Roesler, Eileen, Schmieding, Malte L.. “Determinants of Laypersons’ Trust in Medical Decision Aids: Randomized Controlled Trial”. 2022, https://core.ac.uk/download/541748789.pdf
Taheri, Pooya. “Project-Based Approach in a First-Year Engineering Course to Promote Project Management and Sustainability”. 2018, https://core.ac.uk/download/161652152.pdf